Pelet Bulu Perindu 
Bulu Perindu Asli Kalimantan

Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis, baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas, pacar diambil orang, cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara. 

Ciri - ciri keaslian
Jika ditetesi / dibasahi air dan diletakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjubkan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika didekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.

Testing Video Keaslian Bulu Perindu Kami


jika anda ada target khusus, saya sarankan anda mengirimkan data ke whatsaap seperti nama panggilan anda dan pasangan. Foto masing-masing anda dan pasangan anda dengan syarat wajah masing-masing harus jelas agar saya mudah mengerjakannya dan cepat hasilnya, boleh foto sendiri atau berdua dengan pasangan anda.

mahar tingkat satu 350.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh, mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.

mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi dibutuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini difokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh, mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual, puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak Cucu.

Penjelasan cara pakai :  Untuk hasil dan manfaat 2 hari pakai sudah terasa hasilnya, Anda cukup simpan dalam dompet sesuai niat, karena sudah saya persiapkan sesuai untuk kebutuhan anda, dan juga panduan cara pakai untuk keluhan anda juga lengkap saya kirim via jne atau pos kilat untuk cara pakai minyak cukup oles ke bagian tubuh anda, dimana aja sesuai niat dan tujuan anda, dan saya  lengkapi juga  dengan cara pakai jarak jauh tanpa harus bertemu target anda. Sangat aman tidak ada pantangan atau efek samping dan perawatan khusus.

mahar Minyak Bulu Perindu 650.000 ribu sudah ongkos kirim

Mahar Bulu peirndu tingkat 3 khusus minyak dan sepasang bulu perindu ini dipadukan dengan kekuatan minyak bulu perindu itu sendiri jadi dengan kata lain kekuatannya akan semakin sempurna untuk anda gunakan, khusus untuk minyak bulu perindu ini energinya lebih difokuskan untuk mengembalikan pasangan anda yang sudah berpaling dari anda dan pergi meninggalkan anda/selingkuh ke orang lain.

jika anda ingin datang ke Padepokan  kami yang berada di Jl bakaran batu no 182 lubuk pakam kota (sumut). untuk pengiriman atau pemaharan luar kota media bisa kami kirim ke alamat anda menggunakan jasa jne, pos, jnt dan tiki lama sampai tergantung lokasi tujuan anda untuk kota² besar biasa pengiriman hanya 2 hari saja sampai.

"Disclaimer : Hasil dan manfaat media bulu perindu dan minyak bulu perindu ini akan di jamin hasilnya jika niat dan tujuan anda menggunakannya dengan baik tanpa ada unsur untuk merugikan pasangan anda"

"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara, jodoh, perselingkuhan, agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha, Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"

setelah transfer Mahar harap konfirmasi sms ke no 0896-6922-9050  sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu dan Minyak bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS.

NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan pesan WA atau email bulusukmapemungkas@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no saya.
 
TESTIMONI DARI WA





 

 

 

S








Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia

Konsultasi Klik di bawah ini



Whatsapp 0896-6922-9050

MAHAR MINYAK BULU PEERINDU |MAHAR PELET MANTRA  |MAHAR PELET FOTO | | MAHAR PELET SEMAR MESEM | MAHAR PUTER GILING|MAHAR PELET TEMPE|TLP/SMS/WA: 0896-6922-9050 

Note: Jika 2 kali panggilan telepon tidak diangkat harap maklum berarti kami sedang sibuk, Silahkan tinggalkan pesan.

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Ibrahim Ayat 32-35

Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 32-35

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat 32-33

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ (32)وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33)

Artinya:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (14: 32)

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (14: 33)

Pada ayat sebelumnya, Allah memerintahkan hamba-Nya mendirikan shalat dan menunaikan infak, sebagai jalan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam ayat ini Allah berfirman, dirikanlah shalat menghadap Tuhan yang menciptakan alam semesta dengan segala kebesarannya dan infakkanlah sebagian rezeki di jalan Allah.

Ayat ini dari tiga sisi mengisyarakatkan peran air dalam kehidupan manusia antara lain:

Pertama, air hujan sebagai sumber kehidupan bumi, tumbuh-tumbuhan, tanaman dan buah-buahan.

Kedua, air laut sebagai sumber kehidupan makhluk hidup laut. Ikan-ikan sebagai makanan laut dan jalur terbaik dan termurah lalu lintas barang. Bahkan hingga saat ini ketika manusia menggunakan pesawat terbang dan sarana transportasi lainnya nilai transaksi terbesar lalu lintas barang melalui jalur laut yang Tuhan berikan bagi manusia ini.

Ketiga, air sungai, sebagai pengairan di daerah yang kekurangan air dan sarana perpindahan air ke daerah kering.

Selain karunia air Allah menganugerahkan matahari dan bulan yang berputar pada porosnya menciptakan siang dan malam. Walaupun tidak di bawah kendali manusia tetapi Allah menganugerahkan untuk dimanfaatkan manusia. Jenis gerakan dan perputarannya memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi manusia.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Di antara nikmat-nikmat Ilahi, air sebagai karunia terpenting yang berperan dalam kehidupan manusia.
2. Sebab-sebab natural berada di dalam perintah Allah Swt. Ia adalah ciptaan Tuhan dan mengikuti kehendakNya.
3. Tidak hanya bumi bahkan bulan dan matahari serta planet angkasa diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan manusia.

Ayat ke 34

وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34)

Artinya:
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (14: 34)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang nikmat Allah di langit dan bumi, ayat ini mengatakan Allah memenuhi semua keperluan manusia. Manusia tidak mampu menghitung seluruh karunia Allah. Walaupun demikian manusia masih saja tidak bersyukur dan tidak mempergunakan nikmat tersebut di jalan yang benar. Maka telinga dan lidah yang dianugerahkan Allah sering kali dipergunakan di jalan yang tidak diridainya.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Tuhan menganugerahkan seluruh fasilitas kepada manusia. Ketika terdapat kekurangan bukan karena ketidakadilan maupun kezaliman-Nya sebagaimana seringkali dilakukan manusia.
2. Manusia tidak bisa menentukan sebesar nikmat dan karunia Allah lalu bagaimana mungkin manusia merasa telah cukup mensyukuri seluruh nikmat yang tidak terhingga Allah Swt itu?

Ayat ke 35

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35)

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (14: 35)

Sebagaimana nama surat ini adalah Ibrahim, mulai ayat ini hingga akhir mengisahkan kehidupan Nabi Ibrahim as dan permohonan beliau kepada Tuhannya. Setelah pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as Nabi Allah ini banyak berdoa dan memohon kepada Tuhan. Berdasarkan ayat ini permohonan pertama Nabi Ibrahim as kepada Tuhan adalah keamanan kota Mekah yang juga telah disebutkan dalam ayat lainnya. Jelas bahwa tempat yang akan menjadi poros tauhid dan pusat peribadatan dunia secara keseluruhan harus aman dari berbagai gangguan hingga tidak menjadi medan penindasan di antara makhluk Tuhan. Tidak hanya manusia bahkan hewan dan tumbuh-tumbuhan di kawasan ini pun dihormati secara khusus. Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan oleh Allah Swt. Hingga kini kota Mekah sebagai haramullah adalah kawasan yang aman. Allah pun menjanjikan keamanan kota ini bagi siapa saja yang berniat jahat.

Walaupun sejarah mencatat Nabi Ibrahim as sebagai penghancur pertama berhala dan pahlawan tauhid. Namun beliau selalu memohon kepada Allah agar dimantapkan dan distabilkan hatinya di jalan tauhid. Beliau bermohon kepada Allah agar ia dan keturunannya terhindar dari segala kemusyrikan dan penyembahan berhala.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Pemimpin Ilahi senantiasa memikirkan keamanan rakyat dan mempersiapkan berbagai sarana ibadah secara tenang dan tenteram.
2. Manusia senantiasa berada diambang ancaman penyimpangan. Untuk itu kita harus berusaha dengna berdoa dan bermunajat serta menyerahkan diri kepada Allah. Kita bermohon kepada Allah supaya menjaga kita dan keturunan kita.http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Ibrahim Ayat 36-39

Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 36-39

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 36

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36)

Artinya:
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (14: 36)

Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas doa Nabi Ibrahim as yang memohon kepada Allah agar ia dan keturunannya terhindar dari penyembahan terhadap berhala. Dalam ayat ini yang merupakan kelanjutan doa tersebut, Nabi Ibrahim as berkata, "Kebodohan dan kesia-siaan manusialah yang menyebabkan berhala kayu dan batu melalaikan manusia dari mengesakan Allah. Mereka lebih mengagungkan berhala dan bersaksi atas namanya daripada mengikuti ajaran para nabi yang memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia." Nabi Ibrahim as melakukan aksi menghancurkan berhala-berhala tersebut, walaupun demikian beliau tidak mengizinkan untuk melaknat para penyembah berhala dan memohon azab kepada Tuhan bagi mereka. Namun beliau memohon rahmat dan ampunan-Nya.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Ikatan agama lebih utama dibandingkan ikatan sedarah. Setiap mukmin termasuk keluarga rasul walaupun tidak bertalian darah. Sedangkan kafir bukan termasuk keluarga rasul walaupun anaknya sendiri seperti putra Nabi Nuh as.
2. Jika seni dipergunakan untuk melayani orang yang sesat maka ia menjadi sumber untuk menyesatkan masyarakat. Sebagaimana para pematung musyrik yang membuat dan memperindah berhala untuk menyesatkan masyarakat.

Ayat ke 37

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)

Artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (14: 37)

Atas perintah Allah Swt Nabi Ibrahim as menempatkan isteri dan Nabi Ismail as yang saat itu masih bayi di daerah Mekah sedang beliau kembali ke Syam. Kala itu Mekah adalah daerah yang kering kerontang tanpa air dan tumbuhan. Nabi Ibrahim as berdoa agar karunia Ilahi tercurah kepada mereka dan orang-orang yang bermukim di tenda pun menyambut kedatangannya.

Salah satu poin penting dari ayat tersebut, dalam ayat ini tidak menyebut pembangunan ka'bah serta ritual haji dan umrah sebagai tujuan kedatangan Nabi Ibrahim as, namun beliau menyatakan tujuanku mendirikan shalat dan ka'bah sebagai poros penyembahan kepada Allah Swt. Demikian pula diletakkan ka'bah di daerah yang kering dan tandus untuk menguji masyarakat. Karena ketika ka'bah terletak di daerah yang nyaman dengan udara dan air yang melimpah maka motivasi kebanyakkan orang bukan melakukan ibadah tapi rekreasi dan bersenang-senang  di daerah tersebut.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Konsekwensi mematuhi perintah Allah Swt terkadang hijrah dan menjauhi tanah air atau jauh dari berbagai fasilitas dari sebagian karunia Allah.
2. Hati masyarakat berada di tangan Allah Swt. Untuk itu kita memohon kepada Allah agar diterima ditengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kita tidak perlu menempuh jalan yang menyimpang.

Ayat ke 38

رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (38)

Artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (14: 38)

Di ayat sebelumnya, Nabi Ibrahim as berdoa agar rezeki penduduk Mekah melimpah dan tercipta kerukunan di antara mereka. Dalam ayat ini Nabi Ibrahim berdoa: "Ya Allah Engkau mengetahui segala sesuatu. Tiada sesuatupun yang tersembunyi dari Mu walaupun niat dan perbuatan manusia maupun yang berkaitan dengan langit, bumi dan alam semesta."

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Di hadapan ilmu Tuhan sama saja antara kecil maupun besar manusia dan langit, nampak atau tersembunyi.
2. Apapun perbuatan baik yang kita lakukan jangan pernah membuat kita congkak. Karena Allah Swt mengetahui seluruh niat dan motivasi kita.

Ayat ke 39

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39)

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (14: 39)

Ketika Nabi Ibrahim berdoa untuk keturunannya senantiasa diiringi dengan pujian dan syukur kepada Allah Swt. Karena Nabi Ismail as dianugerahkan Tuhan pada saat Nabi Ibrahim as berusia tua. Melalui doalah permohonan Nabi Ibrahim dikabulkan oleh Allah Swt. Hal yang menarik disini kedua putra Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as dan Nabi Ishaq as merupakan pucuk silsilah kenabian. Walaupun ibu salah seorang dari mereka adalah budak dan yang lain bukan tapi karena keduanya salihah seluruh nabi berasal dari keturunan mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Anak adalah hadiah Ilahi. Maka kita harus mensyukuri dan mendoakan masa depannya.
2. Ucapkan syukur atas segala karunia Allah Swt dan yakinlah seluruh nikmat berasal dari-Nya. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Ma'un Ayat 5

Tafsir Rahnama, Surat Al-Ma’un Ayat 5

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat 5

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)

Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Ayat kelima dari surat al-Ma'un ini diturunkan di Madinah, sehingga tergolong ayat-ayat Madani.

1. Tidak memperhatikan salat dan tidak konsentrasi saat melakukannya akan mengakibatkan manusia mendapat laknat dan azab ilahi

Fawaylun Lilmuşallīna. Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

Kata Sahwah yang merupakan akar kata Sahun berarti lalai (Misbah). Melalaikan salat seperti meninggalkannya secara keseluruhan atau terkadang ditinggalkan atau menunda dalam melakukannya. Sekalipun seseorang yang lalai dimaafkan Allah, tapi dalam kondisi ketika ketidakpeduliannya yang menyebabkannya lalai, maka kelalaian ini patut dicela. Sementara disandarkannya kata ganti orang ketiga plural Hum kepada Shalah (salat) menunjukkan ayat ini berbicara kepada orang yang salat, tapi melakukannya tanpa perhatian dan konsentrasi.

2. Pentingnya memperhatikan masalah salat dan kandungannya.

Fawaylun Lilmuşallīna. Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

3. Tidak percaya akan siksa dan pahala ilahi menjadi sebab manusia meringankan masalah salat.

‘Ara'ayta Al-Ladhī Yukadhdhibu Bid-Dīni... Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

4. Orang yang melakukan salat dan tidak konsentrasi dengan salatnya lebih tercela dari orang yang menghardik anak yatim dan mereka yang melupakan orang miskin.

Fawaylun Lilmuşallīna. Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

Ayat ini seperti ayat-ayat lain dalam surat al-Ma'un menunjukkan sifat orang-orang yang mendustakan balasan ilahi. Penggunaan huruf Fa dalam sifat ketiga dan selanjutnya dan perubahan konteks pembicaraan menunjukkan urutan dan semakin besar tercelanya perbuatan itu.

5. Mengingkari hari kebangkitan berdampak negatif dalam hubungan manusia dengan alam dan Tuhan yang berujung pada ketidakpeduliannya terhadap mereka.

Al-Ladhī Yukadhdhibu... Yadu``u Al-Yatīma... Wa Lā Yaĥuđđu... Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

6. Memperhatikan masalah salat akan membuat manusia memperhatikan anak yatim dan mengurusi miskin.

Al-Ladhī Yukadhdhibu... Yadu``u Al-Yatīma... Wa Lā Yaĥuđđu... Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna

Huruf Fa dalam Fawailun Lil Mushallin menunjukkan bahwa laknat dan celaan kepada orang-orang yang melakukan salat merupakan cabang dari dua celaan sebelumnya, menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Yakni, dikarenakan kedua perbuatan itu adalah tercela, maka celakalah bagi orang-orang yang salat! Sebuah perumpamaan bahwa bila mereka benar-benar orang yang melakukan salat secara hakiki sudah barang tentu mereka tidak akan melakukan perbuatan ini.

7. Dari Abu Usamah Zaid as-Syahham berkata, "Saya bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Shadiq) as tentang firman Allah ‘Al-Ladzina Hum ‘An Shalatihim Sahun', dan beliau menjawab, ‘Maksud dari ayat itu adalah meninggalkan salat dan meremehkannya. http://ajian-pelet.blogspot.com

Ilmu Shadiqin

Sejenak Bersama Al-Quran: Bersama Shadiqin

http://ajian-pelet.blogspot.com/Bersama Shadiqin

Allah Swt berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS. at-Taubah: 119)

Ayat 177 surat al-Baqarah menyebut ahli iman, infak, salat, menunaikan janji dan sabar sebagai Shadiq atau orang yang benar. Sementara dalam ayat 15 surat al-Hijr dan ayat 8 surat al-Hasyr menyebut orang-orang Muhajirin yang mengalami kesulitan dan mengorbankan dirinya termasuk Shadiq atau orang yang benar. Dalam riwayat Syiah dan Sunni disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Shadiqin adalah Muhammad Saw dan keluarganya as.

Para pemimpin ilahi semuanya maksum dan terbebas dari perbuatan dosa. Karena bila tidak demikian, Allah Swt tidak memerintahkan manusia untuk senantiasa bersama mereka. Tentu saja posisi Shadiq berada pada satu kondisi dimana Allah meletakkannya sebagai ganti Maksumin. Siapa saja yang telah melewati tahapan iman dan sabar akan dipuji dengan sifat ini, Amanuu, Ittaquu dan as-Shadiqiin.

Pertemanan dan bergaul dengan orang-orang yang jujur dan benar (Shadiq) merupakan salah satu faktor dalam pendidikan dan dapat mencegah manusia dari penyimpangan. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Ibrahim Ayat 40-45

Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 40-45

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 40-41

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41)

Artinya:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (14: 40)

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (14: 41)

Ketika Nabi Ibrahim as menempatkan isterinya Hajar dan putranya Ismail as di daerah Mekah yang kering dan tanpa tanaman beliau berdoa, "Ya Allah kedatangan kami di daerah ini untuk menegakkan shalat. Di sini Nabi Ibrahim as berdoa agar beliau dan keturunannya menjadi orang-orang yang menegakkan shalat. Allah Swt menerima salat serta memenuhi permohonan dan keperluannya. Para nabi dan auliya nabi tidak hanya memikirkan pelaksanaan shalat. Tapi dirinya menjadi penanggungjawab penegakkan shalat di masyarakat dan menghidupkan budaya shalat. Perintah ini tidak hanya mengajak manusia mengerjakan shalat namun menjadi penegak shalat sejati. Selain itu akhlak dan perbuatan mereka di tengah keluarga dan masyarakat pun berdasarkan ketawadhuan serta jauh dari kecongkakan dan takabur.

Kelanjutan doa tersebut berkenaan dengan doa Nabi Ibrahim as yang memohon ampunan bagi dirinya, keluarga dan kaum Mukminin. Hal ini menunjukkan keluasan cakupan doa tersebut sebagaimana dianjurkan dalam berbagai riwayat bahwa kita harus berdoa untuk kebaikan orang lain melebihi diri kita sendiri.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1.Salah satu tanda hamba Allah Swt adalah berdoa kepada Allah Swt. Hal ini mengingatkan kita kepada kebesaran serta keagungan Allah dan penghambaan serta kehampaan manusia.
2. Dalam doa kita harus memikirkan generasi terdahulu dan generasi mendatang yaitu anak dan keturunan kita.

Ayat ke 42-43

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ (42) مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ (43)

Artinya:
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (14: 42)

Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (14: 43)

Dengan berakhirnya surah Nabi Ibrahim as, Allah Swt berfirman kepada Nabi Muhammad Saw dan kaum Mukminin, jika melihat orang-orang yang zalim, yang hidup berkecukupan dan petaka menimpa mereka, jangan mengira Allah tidak mengetahui tindakan mereka maupun tidak mampu mengazabnya.

Allah bertindak berdasarkan kebijaksaan-Nya. Allah memberikan ikhtiar kepada seluruh manusia untuk berbuat baik maupun buruk dan memberikan ganjaranNya di hari kiamat kelak. Namun bagi dosa yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat, Tuhan menurunkan azab. Walaupun demikian hal ini tidak berarti Tuhan menghapus ikhtiar setiap manusia.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Tidak seperti dugaan manusia yang mengira Allah lalai. Sesungguhnya Allah Swt Maha Mengetahui, Maha berkuasa,  dan Maha Adil.
2. Allah memberikan tangguh kepada para pendosa dan orang-orang zalim. Inilah ketentuan Allah atau Sunnatullah. Tapi hal ini tidak berarti Allah meredai perbuatan tersebut.

Ayat ke 44-45

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ (44) وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الْأَمْثَالَ (45)

Artinya:
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (14: 44)

Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan". (14: 45)

Di ayat ini Allah Swt berfirman jika azab Ilahi turun di dunia, sesiapapun yang memohon penangguhan tiada manfaatnya. Sebab keimanan yang timbul karena menerima azab Allah Swt tidak berdasarkan ikhtiar dan kehendak tapi karena takut yang tidak bernilai. Kelanjutan ayat ini Allah Swt berfirman kepada orang-orang zalim, "Mengapa tidak mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu yang saat ini kamu yang menggantikan mereka dan hidup di daerah mereka? Kalian yang menyaksikan azab menerima mereka mengapa menentang diturunkannya azab Tuhan? Mengapa tidak mengambil pelajaran dari contoh terdahulu dan kalian mengira akan hidup selamanya?"

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Para pendosa dan orang-orang yang zalim, suatu hari akan menyesal. Namun apalah manfaatnya penyesalan tersebut ketika jalan taubat telah ditutup.
2. Sunnatullah tentang masyarakat dan sejarah bersifat tetap dan pasti. Kita harus mengambil pelajaran dari sejarah pada pendahulu. http://ajian-pelet.blogspot.com

Peringatan dalam Al-Quran Dilarang Mengurangi Timbangan

Peringatan dalam Al-Quran: Mengurangi Timbangan

http://ajian-pelet.blogspot.com/Mengurangi Timbangan

Allah Swt berfirman, "Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar." (QS. al-Muthaffifin: 1-5)

Mengurangi timbangan termasuk salah satu faktor yang merusak kondisi sehat ekonomi dalam sebuah masyarakat dan menciptakan kekhawatiran setiap orang, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mempercayai transaksi yang dilakukannya benar atau tidak. Satu-satunya yang dipikirkan mereka adalah jangan-jangan mereka ditipu oleh penjual.

Atas dasar ini, al-Quran mendasari sistem ekonomi masyarakat Islam di atas prinsip keadilan dan kejujuran kemudian menyebutkan secara umum, "Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. al-Isra: 35)

Sebaliknya, kepada orang-orang yang tidak mengindahkan prinsip ini dan tidak memperhatikan masalah keadilan dan kejujuran dalam jual-belinya, Allah Swt dalam surat al-Muthaffifin memperingatkan mereka dengan keras. Disebutkan bahwa ada orang yang ketika membeli sesuatu, ia menginginkan diberikan semuanya, tapi ketika hendak menjual sesuatu kepada orang lain, ia mengurangi takarannya. Ungkapan yang dipakai untuk orang-orang seperti ini adalah Wail yang berarti celaka! Kata ini lebih banyak dipakai untuk mengancam dan mencela orang-orang Kafir dan para pendusta. Hal ini menunjukkan sedemikian buruknya perbuatan mengurangi takaran di sisi Allah.

Dengan mencermati kehidupan para nabi dapat disaksikan Ashab al-Aikah yang merupakan umat dari Nabi Syu'aib telah diperingatkan soal perbuatan mereka yang mengurangi takaran dan timbangan. Mereka kemudian mengingkari kenabian beliau dan bukan saja tidak tidak meninggalkan perbuatannya, tapi menyebut beliau sebagai tukang sihir dan pembohong. Sikap mereka ini muncul dari perbuatan dosa yang dilakukannya, khususnya memakan barang haram dan mengurangi timbangan. Akibatnya, mereka menyebut utusan Allah sebagai pembohong dan penyihir Menyebutkan akibat dari perbuatan Ashab al-Aikah, yakni mendustakan nabi mereka dan akhirnya mereka diazab, merupakan peringatan serius bagi mereka yang mengurangi takaran dan timbangan serta siapa saja yang menipu orang lain dalam bertransaksi. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Ibrahim Ayat 46-52

Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 46-52

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 46

وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ (46)

Artinya:
Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (14: 46)

Setelah memerintahkan nabi-Nya agar memberikan peringatan kepada kaumnya tentang azab yang bakal menimpa orang-orang durjana di hari kemudian, Allah menjelaskan bahwa kaum kafir selalu berusaha memerangi dan meredam kalimatullah, dan panggilan Ilahi. Mereka berbuat apa saja agar seruan Ilahi tidak didengar oleh umat manusia. Apa yang mereka lakukan itu dalam ayat ini disebut oleh Allah sebagai makar. Allah Swt mengingatkan bahwa makar itu sedemikian dahsyat sehingga jika yang menjadi sasaran makar mereka itu adalah gunung-gunung yang kokoh niscaya gunung-gunung itu akan tercabut dari akarnya dan lenyap karenanya.

Akan tetapi Allah maha mengetahui akan makar mereka dan Allah pulalah yang membalas perbuatan jahat kaum kafir itu dengan azabnya. Allah menggagalkan makar mereka dan membuat seruannya didengar di seluruh penjuru dunia. Allah juga bisa menimpakan makar itu terhadap kaum kafir tersebut sehingga mereka merugi karenanya.

Dari ayat suci ini dapat kita petik beberapa pelajaran penting yang salah satunya adalah bahwa kaum durjana dan kafir sekuat dan sebesar apapun tetaplah mereka kerdil dan kecil di hadapan kekuasan Allah berarti menentang kekuatan Allah yang tak berbatas.

Ayat ke 47

فَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (47)

Artinya:
Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (14: 47)

Menyusul ayat tadi yang menegaskan bahwa Allahlah yang akan langsung membalas makar kaum durjana, ayat ini mengingatkan semua orang bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang Maha benar. Dia tidak akan pernah mangingari janji yang telah diberikannya kepada para rasul yang Dia utus. Salah satu janji Allah adalah bahwa Dia akan membalas kekafiran dan keingkaran dengan azab. Berbeda dengan balas dendam yang dilakukan manusia pada umumnya dan didasarkan pada kebencian dan permusuhan, pembalasan yang dilakukan Allah adalah karena dasar kebijaksanaan dan untuk meluruskan tabiat manusia.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Tertundanya kedatangan janji Ilahi jangan sampai membuat kita berkecil hati dan meragukan kebenaran janji itu.
2. Allah Swt telah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir dan zalim untuk hidup di dunia dengan gemilang kenikmatan. Hal itu dilakukan atas dasar hikmah dan kebijaksanaan Allah Swt, bukan karena Allah mengingkari janji untuk memberikan pertolongan kepada para nabi-Nya dan membalas kekafiran kaum durjana.

Ayat ke 48

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48)

Artinya:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (14: 48)

Setelah menjelaskan bahwa Allah akan membalas makar kaum durjana dan pasti memenuhi janji-Nya kepada para rasul, ayat ini mengingatkan akan pemandangan yang bakal terjadi di Hari Kiamat. Allah berfirman bahwa kelak ketika hari akhir tiba, bumi akan diguncang sedemikian rupa sehingga tidak lagi berbentuk seperti asalnya. Dalam surat yang lain Allah Swt berfirman bahwa goncangan yang terjadi di Hari Kiamat akan sedemikian dahsyat sehingga semua yang menyaksikannya dicekam ketakutan yang sangat hebat. Gunung-gunung akan tercabut dari tempatnya dan berterbang bagai kapas-kapas yang ditiup angin goncangan itu bakal menjadikan bumi datar. Selain gempa bumi dahsyat, ayat ini menceritakan bahwa langit pun akan berubah tidak seperti langit yang ada sekarang. Matahari dan bintang-bintang redup dan tak lagi memberikan sinar.

Setelah segala sesuatunya berakhir, Allah akan mengumpulkan semua manusia di sebuah padang yang sangat luas bernama padang mahsyar. Di sana mereka semua tertunduk di hadapan Allah Swt yang maha kuasa dan perkasa.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1.Allah Swt kelak akan membangkitkan dan menghidupkan kembali semua manusia dari awal hingga akhir untuk memperoleh batasan atas perbuatannya di dunia.
2. Hari Kiamat adalah hari pembalasan. Tidak ada kata belas kasih terhadap kaum  durjana dan zalim, dan Allah sendiri yang bakal memperhitungkan amal perbuatan mereka.

Ayat ke 49-51

وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50)

Artinya:
Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. (14: 49)

Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (14: 50)

Pada pertemuan yang lalu telah dibahas bahwa Allah Swt tidak akan pernah mengingkari janji-Nya dalam membalas kekafiran kaum Kafir. Lalu Allah menggambarkan keadaan yang terjadi pada hari kiamat ketika bumi tidak lagi berbentuk seperti biasa. Gunung-gunung tercabut dari tempatnya dan terhembas bagai kapas yang beterbangan ditiup angin. Di hari itu, hanya Allah lah yang berkuasa dan Dia lah yang mengadili semua hamba-Nya.

Ayat ini menjelaskan kehinaan para pendosa yang di azab oleh Allah Swt pada hari kiamat. Tangan, kaki dan leher mereka terikat rantai. Tubuh dan ruh mereka diazab bersama dengan para pendosa lainnya. Mereka diberi pakaian khusus bagi penghuni neraka yang terbuat dari sesuatu yang berbau menyengat yaitu sejenis ter yang mudah menyala sehingga tubuh mereka semakin tenggalam dalam api.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Al-Quran menggambarkan Hari Kiamat dengan sangat indah sehingga seolah-olah kita diajak untuk menyaksikannya langsung saat ini juga. Tujuannya, adalah untuk mengingatkan kita agar kita tidak terjerumus ke dalamnya.
2. Pakaian yang dikenakan para pendosa di dunia, seperti pakaian-pakaian indah, pakaian yang membangkitkan nafsu, simbol keangkuhan dan arogansi, kelak pada hari kiamat menjelma dalam bentuk azab bagi mereka.

Ayat ke 51-52

لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (51) هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (52)

Artinya:
Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (14: 51)

(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (14: 52)

Setelah menjelaskan nasib orang-orang kafir dan durjana di Hari Kiamat dan apa yang bakal mereka alami di neraka nanti, di akhir surat Ibrahim ini Allah Swt berfirman bahwa terjadinya kiamat berdasarkan keadilan ilahi dan bahwa setiap perbuatan baik maupun buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. Ajaran kitab samawi dan pengajaran para nabi harus menjadi peringatan bagi orang-orang yang berdosa agar mengambil pelajaran darinya. Jika tidak, mereka akan terjerumus ke dalam penyimpangan dan kesesatan.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Tidak ada perbuatan di dunia yang tidak akan dibalas, karena segala sesuatu tercatat di hadapan Allah Swt.
2. Sekedar turunnya perintah tidak cukup, selain itu diperlukan ancaman. Hanya sekedar mengetahui tidak cukup, selain itu perlu mengingatkan dan memperhatikan. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 1-6

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 1-6

http://ajian-pelet.blogspot.com/Surat al-Hijr termasuk salah satu surat Makkiyah yang berarti turun sebelum hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah. Surat yang secara urutannya adalah surat ke 15 dari al-Quran dan memiliki 99 ayat. Nama Hijr diambil dari nama sebuah negeri tempat hidup kaum Nabi Saleh as. Nama itu ada pada ayat 80 surat ini.

Ayat ke 1-3

الر تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ وَقُرْآَنٍ مُبِينٍ (1) رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ (2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (3)

Artinya:
Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. (15: 1)

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (15: 2)

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (15: 3)

Surat ini dimulai sebagaimana surat-surat yang lain, terlebih dahulu menyebut kedudukan al-Quran yang tinggi, dan peranan ayat-ayatnya dalam menjelaskan kebenaran bagi umat manusia. Surat ini juga sebagaimana 29 surat lainnya dimulai dengan huruf Muqattaah. Di awali dengan huruf ini sebagai bukti pembeda antara firman Allah Swt dengan tulisan manusia.

Pada ayat kedua, terdapat poin penting tatkala orang-orang kafir berkata, "Kiranya kami dahulu menjadi orang-orang muslim, hingga dapat merasakan ketenangan batin di dunia dan nikmat surga di akhirat, sebagaimana yang dirasakan orang-orang muslim". Akan tetapi, ini hanya sebatas angan-angan dan sama sekali mereka tidak berusaha untuk beriman. Mereka disibukkan dengan sandang, pangan, dan kelezatan dunia lainnya. Mereka juga tidak bersedia meninggalkan perbuatan keji dan haram. Oleh karena itu, wahai Rasul Saw dan orang-orang muslim! Biarkan mereka dengan kondisinya, sebab sebentar lagi mereka akan mendapatkan balasan karena menjadi budak kelezatan."

Tentu saja, saat orang-orang kafir dibiarkan dengan kondisinya, terlebih dahulu mereka telah diajak untuk menerima agama yang benar. Akan tetapi, mereka tidak mengindahkan dan membangkang. Bukankah Allah Swt telah mengutus para Rasulnya untuk memberi petunjuk kepada mereka. Akan tetapi, tatkala mereka tidak bersedia mendengarkan dan merenungkan firman Allah Swt, tidak semestinya kita jengkel tidak pada tempatnya karena mengapa mereka tidak beriman?.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Sekarang mereka yang melecahkan orang-orang yang beriman, suatu saat nanti berangan-angan untuk menjadi seorang yang beriman dan mereka akan menyesal.
2. Sebatas keinginan untuk menjadi orang baik, tentunya belum cukup. Akan tetapi harus direalisasikan dengan perbuatan dan melangkah di jalan yang benar.
3. Dalam berdakwah, tidak seharusnya kita menghabiskan waktu untuk orang-orang yang membangkang, sebab hal ini sama sekali tidak berguna.
4. Allah Swt Maha Pengasih dengan tetap mencurahkan nikmatnya kepada orang-orang kafir. Akan tetapi mereka tidak pernah bersyukur.

Ayat ke 4-5

وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا وَلَهَا كِتَابٌ مَعْلُومٌ (4) مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ (5)

Artinya:
Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. (15: 4)

Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). (15: 5)

Dalam lanjutan ayat sebelumnya, Allah Swt memberikan waktu kepada orang-orang kafir. Ayat ini berbunyi, "Akan tetapi, masa ini ada akhirnya dan hanya Allah Swt yang mengetahui. Jika waktunya tiba, maka orang-orang berdosa akan binasa, dan tidak ada seoranpun dapat mendahului atau mengundurkan masa itu." Akan tetapi, ajal ada dua jenis, yaitu ajal yang pasti (hatmi) dan ajal yang tidak pasti (ghairu hatmi). Dan maksud ayat tadi adalah ajal yang pasti dan tidak bisa dirubah. Berbeda dengan ajal yang tidak pasti, karena masih dapat dirubah dengan bersedekah, berdoa, dan melakukan perbuatan baik lainnya.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Memberi peluang dan kesempatan kepada orang-orang kafir bagian dari sunnah Allah Swt. Akan tetapi, kebinasaan mereka pada waktu yang telah ditetapkan juga sunnah Allah Swt.
2. Tidak hanya individu, tapi kaum dan golongan juga memiliki ajalnya, dan hanya Allah Swt yang maha mengetahuinya.

Ayat ke 6

وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ (6)

Artinya:
Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. (15: 6)

Ayat ini mengisahkan tentang bagaimana orang-orang kafir memperlakukan para rasul. Mereka menyebut para rasul sebagai orang-orang yang gila, dan menamakan dirinya sebagai orang-orang yang waras. Dalam pandangan mereka, orang yang mengklaim dirinya mendapat mandat dan wahyu dari Allam Swt, mereka tergolong orang gila. Oleh sebab itu, mereka berbicara demikian dan punya klaim besar.

Akan tetapi, dalam budaya Arab jahiliah, orang gila adalah mereka yang kerasukan jin dan terhipnotis olehnya hingga melakukan sesuatu yang unik. Sebagaimana orang Arab jahiliah meyakini bahwa para penyair mampu melantunkan bait-bait syair karena ada hubungan dengan jin.

Bagaimanapun juga, bentuk komunikasi mereka dengan para rasul menunjukkan dua hal; pertama, metode menghina dan lemecehkan yang menggambarkan sikap amoral mereka. Dan kedua, orang-orang kafir sama sekali tidak punya argumentasi dan dalil untuk menolak ajaran suci yang dibawa oleh para rasul. Oleh sebab itu, mereka hanya mampu menghina dan melecehkan. Metode seperti ini sekarang juga dipakai oleh orang-orang yang menentang ajaran para rasul. Jika memang mereka punya poin tertentu tentang al-Quran, sebagai ganti dalil dan argumentasi, mereka berusaha melalui beragam bentuk penghinaan seperti pembuatan karikatur atau film, mencoba menodai kesucian agama Islam.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Kita harus melawan berbagai bentuk penghinaan dan pelecehan dari musuh. Karena ini adalah metode lama orang-orang kafir ketika berinteraksi dengan orang-orang yang beriman.
2. Sikap membangkang sebagain orang terhadap kebenaran telah sampai pada tahap menamakan dirinya sebagai orang yang berakal dan para rasul sebagai orang-orang yang gila. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Ma’un Ayat 6

Tafsir Rahnama: Surat Al-Ma’un Ayat 6

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat 6

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6)

Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

Orang-orang yang berbuat riya.

Ayat keenam dari surat al-Ma'un ini diturunkan di Madinah, sehingga tergolong ayat-ayat Madani.

1. Orang-orang yang berbuat riya mendapat laknat Allah dan akan disiksa azab Jahannam.

Fawaylun Lilmuşallīna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

Kata Raaituhu yang merupakan bentuk Madhi atau lampau dari kata Yuraauun berarti saya menunjukkan sesuatu yang berbeda dengan diriku sebelumnya (Qamus). Sementara Riya yakni menunjukkan perbuatan diri agar dilihat masyarakat dan mereka memandangnya sebagai orang baik (Misbah).

2. Sebagian orang yang mendustakan balasan ilahi berusaha menunjukkan dirinya kepada orang muslim bahwa dirinya orang beragama.

‘Ara'ayta Al-Ladhī Yukadhdhibu Bid-Dīni... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

3. Tidak peduli dengan salat menjadi sarana manusia bersikap riya.

Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

Perbedaan kata Sahuuna sebagai sifat dan Yuraauuna yang merupakan Fi'il Mudhari' menunjukkan keberadaan Sahuuna (orang-orang yang lalai) menjadi penyebab munculnya perbuatan riya.

4. Mendustakan hari pembalasan menjadi penyebab orang melakukan salat dengan riya.

‘Ara'ayta Al-Ladhī Yukadhdhibu Bid-Dīni... Fawaylun Lilmuşallīna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

5. Menunaikan salat untuk menunjukkannya kepada masyarakat merupakan perbuatan tercela dan menyebabkan pelakunya mendapat siksa Jahannam.

Fawaylun Lilmuşallīna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

6. Ikhlas dan niat untuk mendekatkan diri hanya kepada Allah merupakan kelaziman dalam menunaikan salat.

Fawaylun Lilmuşallīna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

7. Sikap riya seseorang yang melakukan salat lebih tercela dari orang yang menghardik anak yatim dan tidak membantu orang miskin.

Al-Ladhī Yadu``u Al-Yatīma... Wa Lā Yaĥuđđu... Fawaylun Lilmuşallīna... Al-Ladhīna Hum Yurā'ūna

Ada huruf Fa pada sifat ketiga (Fawaylun) bagi orang-orang yang mendustakan hari pembalasan menunjukkan sifat ketiga ini dengan segala kekhususannya lebih tercela dari dua sifat sebelumnya.
http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 7-11

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 7-11

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 7-8

لَوْ مَا تَأْتِينَا بِالْمَلَائِكَةِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (7) مَا نُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ إِلَّا بِالْحَقِّ وَمَا كَانُوا إِذًا مُنْظَرِينَ (8)

Artinya:
Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?" (15: 7)

Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (15: 8)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa para penentang nabi-nabi tidak pernah mampu menghadapi argumentasi logis dan transpara serta ajaran mereka yang bersumber dari fitrah. Sebagai balasannya mereka melontarkan kalimat-kalimat yang berisikan cacian dan penistaan kepada para nabi. Ironis memang mereka bahkan menilai para nabi sebagai orang gila dan menganggap dirinya sebagai orang berakal.

Ayat 7-8 surat al-Hijr membeberkan ucapan tidak logis para penentang Nabi Muhammad Saw. Menurut ayat ketujuh, mereka meminta kepada Nabi Muhammad Saw agar diberi kesempatan melihat malaikat dan mendengar langsung suara wahyu agar mereka dapat menerima kebenaran. Kenyataannya, seseorang yang tidak menerima ajakan nabi, tidak akan menerima pula ucapan malaikat. Permintaan mereka hanya alasan belaka untuk tidak menerima dakwah Nabi Muhammad Saw.

Selain itu, Allah Swt tidak punya kewajiban mengabulkan setiap permintaan orang yang ingin beriman, apa lagi harus mengirimkan malaikat kepada mereka. Sebenarnya masalah paling penting kembali pada argumentasi, kebenaran ucapan dan mukjizat para nabi. Bila semua itu mampu memuaskan, maka ajakan para nabi sudah harus diterima. Sebaliknya, bila kebenaran dan mukjizat tidak dapat diterima, maka konsekwensinya ajakan mereka tidak dapat diterima. Perlu dicamkan bahwa para pertapa India mampu melakukan hal-hal aneh dan luar biasa. Namun kita tidak bisa mempercayai ucapan mereka begitu saja hanya karena mampu melakukan hal-hal luar biasa, karena tidak bersandarkan argumentasi yang dapat diterima.

Ayat kedelapan menyebutkan, bila Allah mengabulkan permintaan para penentang nabi dengan menurunkan malaikat ke hadapan mereka, maka tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menerima ajakan para nabi. Karena bila mereka masih menentang juga, niscaya Allah langsung menurunkan azab kepada mereka. Ini jelas bertentangan dengan janji Allah yang akan memberikan tempo kepada para penentang nabi.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Jangan memperhatikan alasan yang disampaikan oleh orang-orang kafir dan para penentang agama. Karena setiap permintaan yang penuhi bakal dicecar permintaan yang lain.
2. Turunnya malaikat bukan karena permintaan masyarakat atau hawa nafsu, tapi berdasarkan kebenaran dan maslahat Ilahi.

Ayat ke 9

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)

Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (15: 9)

Dalam ayat ini Allah berusaha menyenangkan hati orang mukmin saat menghadapi tuduhan dan sikap para penentang dengan firman-Nya, "Kalian jangan meragukan kebenaran al-Quran, karena al-Quran berasala dari Allah Swt yang diturunkan ke dalam hati nabi dan Allah sendiri yang akan menjaganya. Artinya, saat al-Quran diturunkan, disampaikan kepada masyarakat dan ditulis, tidak ada campur tangan pihak lain apa lagi penyimpangan.

Allah tidak akan membiarkan ada tambahan atau pengurangan dalam al-Quran sampai dunia berakhir. Sejarah menjadi bukti akan keautentikan al-Quran hingga kini. Belum lagi banyak kaum Muslimin yang menghapal seluruh al-Quran dan senantiasa menjaganya dengan membacanya di waktu-waktu salat maupun di luarnya. Penulis al-Quran ada beberapa orang yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad Saw dan mereka bisa membandingkan tulisan masing-masing dengan lainya agar tidak terjadi kesalahan penulisan.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Al-Quran adalah pengingat Allah yang mampu melindungi manusia dari kelalaian yang menjadi sumber penderitaan manusia.
2. Salah satu kelebihan Al-Quran dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya adalah keterjagaannya dari segala bentuk penyimpangan.

Ayat ke 10-11

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي شِيَعِ الْأَوَّلِينَ (10) وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (11)

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum kamu kepada umat-umat yang terdahulu. (15: 10)

Dan tidak datang seorang rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (15: 11)

Salah satu sunnah Ilahi adalah risalah para nabi akan terus berlanjut. Oleh karenanya Allah menyebarkan sejumlah nabi di berbagai tempat dan kaum. Selain mereka punya tugas berdakwah ada sekelompok nabi yang diutus dengan disertai kitab yang menjadi landasan hukum bagi masyarakatnya. Mereka disebut dengan istilah Nabi Ulul Azmi. Namun kendala terbesar yang dihadapi para nabi kembali pada kelompok orang keras kepala yang selalu menentang ajaran mereka. Dengan melecehkan, menistakan dan menuduh para nabi dengan berbagai tuduhan, sebenarnya mereka tengah berusaha menghalangi dakwah ilahi yang disampaikan para nabi ke masyarakat. Mereka senantiasa menghalang-halangi masyarakat mengimani ajakan para nabi.

Dua ayat ini menjelaskan usaha penentang para nabi dengan tujuan memperingatkan kaum mukminin agar tidak sampai putus asa. Karena hal itu akan membuat akidah mereka menjadi lemah. Mereka harus tahu bahwa apa yang dilakukan para penentang kebenaran selalu ada dalam sejarah manusia. Tentu saja sikap seperti mengolok-olok dan menghina kehidupan sederhana para nabi dan pengikut mereka hanya cara untuk menutupi kelemahan mereka menghadapi argumentasi logis para nabi.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Mencermati masalah yang menimpa orang lain di sepanjang sejarah mampu memberikan kekuatan bagi seseorang dalam menghadapi masalah.
2. Sekalipun para penentang setiap nabi yang diutus Allah selalu mengolok-olok mereka, namun Allah tetap mengirim nabi-Nya. Karena Allah harus menyempurnakan hujjah-Nya kepada suatu masyarakat di setiap zaman agar tidak ada lagi alasan di hari akhirat. http://ajian-pelet.blogspot.com

Cara Menghindari Perpecahan Dan Perselisihan

Peringatan dalam Al-Quran: Perpecahan dan Perselisihan


http://ajian-pelet.blogspot.com/Perpecahan dan Perselisihan

Allah Swt berfirman:

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk... Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS. Ali Imran: 103 dan 105)


Persatuan dan meninggalkan perpecahan dan perselisihan merupakan perintah ilahi yang disebutkan banyak dalam ayat al-Quran, sekaligus memperingatkan dampak berbahaya dari perselisihan. Pada surat Ali Imran, ayat 103 dan 105 disebutkan tentang orang-orang yang berselisih bahwa ada azab yang berat menanti mereka. Ungkapan ini menunjukkan peringatan langsung mengenai akibat dari perpecahan dan perselisihan. Tapi perlu diperhatikan bahwa azab yang akan ditimpakan kepada mereka tidak hanya azab akhirat, tapi selama di dunia juga mereka menyaksikan kerugian yang alami masyarakat akibat perselisihan.

Dari sini, Allah Swt berusaha mencegah umat Islam dari perpecahan, perselisihan dan bersitegang dalam urusan agama dan dunia. Allah mengajak mereka semua untuk berpegangan teguh dengan tali Allah agar dapat terjauh dari perselisihan. Selain dua ayat ini, dalam ayat-ayat lain juga memperingatkan fitnah sosial dan politik yang menimpa masyarakat akibat perselisihan. Bahkan dalam sebuah ayat disebutkan bahwa perselisihan disebut sebagai azab dan disandingkan dengan azab ilahi yang lain.

Allah Swt berfirman, "Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)." (QS. al-An'am: 65)

Atau dalam ayat lain, setelah memperingatkan umat Islam akan konflik di antara mereka, disebutkan juga bahwa konflik di antara mereka menjadi sumber kelemahan dan akan menghilangkan kewibawaan dan keberanian mereka.

Allah Swt berfirman, "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. al-Anfal: 46)

Lebih dari semua itu, dalam surat ar-Rum, Allah Swt ketika memperingatkan umat Islam dari syirik, ciri khas pertama yang disebutkan untuk orang-orang Musyrik adalah perpecahan dan perselisihan mereka dalam agamanya.

Allah berfirman, "Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. ar-Rum: 31-32)

Namun perlu juga diketahui bahwa perpecahan dan perselisihan dalam agama pada dasarnya bersumber dari sikap mereka yang mengikuti hawa nafsunya. Dengan mencermati semua ayat-ayat terkait masalah ini dengan jelas dipahami betapa Allah Swt memperingatkan keras umat Islam dari segala bentuk perselisihan, sekaligus mengingatkan mereka akan dampak buruk dari sikap mereka ini. Allah tidak lupa menyebutkan nasib umat-umat terdahulu yang terjebak dalam fitnah perselisihan ini. Untuk itu Allah meminta umat Islam agar berusaha mencegah terjadinya perselisihan dan mengajak mereka bersatu di bawah agama Allah.

Tak syak, upaya bersatu di bawah agama Allah merupakan faktor paling baik untuk menciptakan persatuan. Karena agama Allah lebih baik ketimbang etnis, bahasa, kebangsaan dan kepentingan ekonomi. Agama Allah dengan sendirinya menciptakan persahabatan dan kedekatan antara mereka yang beragama. Bila mereka mengamalkan agamanya, maka persatuan tidak akan pernah hilang dari diri mereka dan persatuannya akan terus langgeng. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 12-20

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 12-20

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 12-133

كَذَلِكَ نَسْلُكُهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ (12) لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ وَقَدْ خَلَتْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ (13)

Artinya:
Demikianlah, Kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) kedalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir). (15: 12)

Mereka tidak beriman kepadanya (Al Quran) dan sesungguhnya telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang dahulu. (15: 13)

Sebelumnya telah dibahas mengenai turunnya al-Quran dan disebut sebagai pengingat. Sementara ayat 12 dan 13 surat al-Hijr ini menjelaskan perilaku kaum terdahulu yang mendengar dan memahami perkataan yang benar, namun mereka tetap tidak beriman. Sebagian dari mereka, meskipun hatinya memahami kebenaran al-Quran, namun tidak bersedia menerimanya.

Dalam dua ayat ini terdapat penjelasan tentang dua sunnah. Pertama, sunnah ilahi (sunnatullah) yaitu memberi hujjah terakhir bagi orang-orang Kafir, sehingga pada Hari Kiamat nanti tidak ada alasan bagi mereka untuk mengatakan bahwa mereka tidak mendengar dan mengetahui firman Allah. Kedua, sunnah atau kebiasaan para pendosa yang menolak dan memusuhi kebenaran sepanjang sejarah.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Allah menyediakan seluruh jalan petunjuk bagi umat manusia sebagai hujjah terakhir bagi mereka, hingga tidak tersisa alasan sedikitpun.
2. Faktor yang menyebabkan manusia menolak kebenaran adalah noda dan dosa yang menyelimuti hati mereka.

Ayat ke 14-15

وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ (14) لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ (15)

Artinya:
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. (15: 14)

Tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir". (15: 15)

Para penentang meminta Rasulullah Saw agar menurunkan malaikat ke bumi. Ayat ini menyebutkan, meskipun pintu langit terbuka dan mereka mencapai alam tinggi tempat para malaikat, tetap saja mereka tidak beriman dan mencari alasan dengan mengatakan dirinya terkena sihir. Apa yang mereka sampaikan itu sebuah kebohongan dan tidak lebih dari sekedar prasangka belaka.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Mengetahui dan memahami kebenaran saja bukan jaminan untuk keimanan. Seringkali sikap penentangan dan keras kepala menjadi penghalang keimanan.
2. Orang yang tidak mau menerima kebenaran memandang mukjizat yang tertinggi sekalipun sebagai sihir.

Ayat ke 16-18

وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ (16) وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ (17) إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ (18)

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya). (15: 16)

Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk. (15: 17)

Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (15: 18)

Ayat sebelumnya menjelaskan, seandainya orang-orang kafir dan para penentang mencapai angkasa dan menyaksikan para malaikat serta mendengarkan perkataannya, maka tetap saja mereka tidak akan beriman. Meskipun demikian, menembus alam gaib tidak mudah, karena setan yang berusaha mencapai dan mendengarkan berita haib, dimurkai Allah dan diusir dengan lemparan bintang yang berapi. Allah menciptakan alam semesta ini dengan indah. Keindahan semakin terasa di malam hari. Semua itu terjadi dengan kehendak Ilahi.

Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Perputaran planet-planet dan bintang pada porosnya masing-masing merupakan salah satu bentuk tauhid pada alam.
2. Di manapun setan berada, kita harus memeranginya sehingga pusat pengelolaan masyarakat terjaga dari antek-antek setan.

Ayat ke 19-20

وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ (19) وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ (20)

Artinya:
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (15: 19)

Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. (15: 20)

Melanjutkan pembahasan tentang kekuasaan Ilahi dalam penciptaan, ayat 19-20 mengisyaratkan tentang nikmat tanah dan berkahnya bagi manusia. Ayat ini menyebutkan bahwa seluruh alam semesta dari gunung hingga lautan tercipta sesuai takaran yang tepat dan bukan terjadi secara kebetulan. Dengan demikian, Allah menyediakan seluruh kebutuhan hidup manusia. Selain manusia, terdapat makhluk lain yang hidup dimuka bumi ini dan Allah memberikan rezeki kepada mereka dan memenuhi keperluannya.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Tumbuhnya tanaman dari tanah merupakan salah satu karunia terbesar dari Allah Swt. Tanah yang kering kerontang, tidak memberikan manfaat apapun.
2. Allah Swt menjamin rezeki manusia dan seluruh makhluk lainnya dan jika terdapat kesulitan hak itu disebabkan lemahnya perencanaan. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Ma’un Ayat 7

Tafsir Rahnama: Surat Al-Ma’un Ayat 7

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat 7

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Ayat ketujuh dari surat al-Ma'un ini diturunkan di Madinah, sehingga tergolong ayat-ayat Madani.

1. Barangsiapa yang tidak mau menolong orang dengan meminjamkan barang-barang yang ada di rumahnya akan mendapat laknat Allah dan tempatnya di neraka.

Fawaylun Lilmuşallīna... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

Kata al-Ma'un merupakan bentuk umum dari barang-barang yang ada di rumah termasuk ceret air, kapak dan bejana (Misbah). Kata ini berarti perbuatan baik, hujan, air dan segala sesuatu yang bermanfaat (Qamus). Akar kata ini adalah Ma'n yang berarti sesuatu yang sedikit dan mudah. Tapi sebagian menyebut akar katanya dari Ma'unah yang berarti sesuatu yang dapat membantu (Sihhah Lughah)

2. Tidak percaya akan hari kebangkitan, pahala dan balasan ilahi menjadi sumber bagi ketidakpedulian manusia atas kebutuhan hidup orang lain.

‘Ara'ayta Al-Ladhī Yukadhdhibu Bid-Dīni ... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

3. Jangan menolak orang yang datang untuk meminta bantuan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Fawaylun... Al-Ladhīna... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

4. Melaksanakan salat tanpa memutuskan untuk membantu orang yang membutuhkan pada dasarnya lalai akan hakikat salat.

Al-Ladhīna Hum `An Şalātihim Sāhūna... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

5. Tidak fokus pada salat akan menjadi penyebab manusia terhalang untuk membantu orang lain.

`An Şalātihim Sāhūna... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

6. Sikap orang lalai dan riya saat melakukan salat kemudian tidak mau membantu orang lain dengan meminjamkan perabot rumahnya lebih tercela dari orang yang menghardik anak yatim dan tidak peduli dengan orang miskin.

Al-Ladhī Yadu``u Al-Yatīma... Wa Lā Yaĥuđđu... Fawaylun Lilmuşallīna. Al-Ladhīna... Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna

Sekalipun ayat Fa Wailun Lil Mushallina merupakan kelanjutan dari sifat-sifat sebelumnya yang mendustakan balasan ilahi, tapi huruf Fa dan perubahan konteks menunjukkan perubahan tingkat keburukannya dengan dua sifat sebelumnya. Dengan demikian, sifat dalam ayat ini setara dengan yang dimiliki Mushallin dan itu berarti lebih buruk ketimbang sifat yang dimiliki dalam ayat kedua dan ketiga.

7. Imam Shadiq as tentang firman Allah "Wa Yamna`ūna Al-Mā`ūna" berkata, "Ma'un adalah utangan yang diberikan kepada seseorang dan perbuatan baik yang dilakukan kepada orang lain serta perabot rumah yang dipinjamkan. Termasuk bagian dari Ma'un adalah zakat. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 21-25

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 21-25

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 21

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ (21)

Artinya:
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (15: 21)

Allah Swt adalah pencipta alam semesta dan seluruh isinya. Allah menentukan ukuran dan kapasitas tertentu bagi makhluk berdasarkan hikmah-Nya. Karena Allah adalah pencipta, maka Dia pula yang akan memenuhi seluruh kebutuhan makhluk-Nya dan Dia pula sumber seluruh p otensi dan kemampuan seluruh makhluk. Allah menurunkan setiap karunia-Nya dengan ukuran yang tepat, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat al-Quran dengan menggunakan kata takdir yang berarti ukuran dan ketentuan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak bermakna mengabaikan peran manusia dalam meraih anugerah dan kenikmatan Ilahi. Ketika manusia berusaha, maka ia akan mendapatkan karunia tersebut. Secara alamiah, tanpa usaha dan kerja keras, anugerah Ilahi tidak akan tercapai.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Alam semesta berserta seluruh potensi dan kekayaannya berada di tangan Allah Swt dan Dia menganugerahkan kenikmatan kepada makhluk-Nya sesuai kebutuhan berdasarkan hikmah dan kemaslahatan.
2. Segala sesuatu berasal dari Allah Swt. Dengan demikian kita tidak boleh mencari dan meminta kepada selain-Nya.

Ayat ke 22

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ (22)

Artinya:
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (15: 22)

Ayat ini merupakan salah satu perwujudan rahasia Ilahi yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya. Di ayat tersebut dikatakan, air minum adalah kebutuhan terpenting bagi manusia untuk melanjutkan hidup. Manusia sendiri tidak bisa memenuhi dan menjamin kebutuhan tersebut dan hanya Allah mengirim awan-awan ke berbagai tempat. Melalui proses benturan antara awan, hujan turun membasahi bumi dan manusia terbebas dari dahaga.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Awan, angin dan hujan merupakan nikmat ilahi terpenting dan kehidupan manusia tergantung padanya.
2. Alam semesta berada dalam pengaturan ilahi dan Allah yang mengatur dan menetapkan hukum kausalitas di alam.

Ayat ke 23-25

وَإِنَّا لَنَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَنَحْنُ الْوَارِثُونَ (23) وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَأْخِرِينَ (24) وَإِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَحْشُرُهُمْ إِنَّهُ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (25)

Artinya:
Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi. (15: 23)

Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada-mu dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripadamu). (15: 24)

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (15: 25)

Ayat ini menyinggung tentang kehidupan dan kematian manusia. Di ayat ini, Allah berfirman, hidup dan mati kalian bukan di tangan kalian dan bukan pula di tangan yang lain. Tapi hanya Allah yang abadi dan mewarisi seluruh keberadaan. Setelah seluruh makhluk mati, pada Hari Kiamat Allah membangkitkan mereka dan dengan ilmu dan hikmah-Nya Dia memperlakukan mereka.

Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara kalian dengan orang-orang terdahulu maupun generasi mendatang. Karena di hadapan Allah Swt masa lalu, kini dan masa depan tidak bermakna sama sekali. Semua makhluk jelas di hadapan-Nya. Allah Swt, tidak pernah lupa akan masa lalu dan tidak bingung pada masa kini serta mengetahui dengan benar akan masa depan.

Tema mustaqdimin (orang-orang terdahulu) dan musta'khirin (generasi mendatang) memiliki makna yang luas. Terma ini bermakna orang-orang yang berpacu dengan waktu yaitu para pendahulu dan generasi mendatang. Selain itu, juga bermakna orang-orang yang berlomba dalam melakukan perbuatan baik atau orang yang maju dalam peperangan melawan musuh-musuh kebenaran.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Berputarnya waktu tidak mempengaruhi ilmu Allah Swt. Dalam ilmu Allah, tidak ada bedanya antara masa lalu, kini dan masa depan.
2. Jika diyakini bahwa Allah Swt mewarisi seluruh manusia, maka kita harus berusaha untuk melakukan perbuatan baik sebagai warisan untuk Hari Kiamat kelak.
3. Sebagai kelaziman hikmah Allah, orang-orang yang mati setelah hidup di dunia ini, akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Dengan demikian, jika perbuatan manusia hanya berakhir dengan kematian dan tidak ada pertanggungjawaban sama sekali, maka penciptaan alam akan sia-sia belaka. http://ajian-pelet.blogspot.com

Pentingnya Belajar Agama

Sejenak Bersama Al-Quran: Pentingnya Belajar Agama

http://ajian-pelet.blogspot.com/Pentingnya Belajar Agama

Allah Swt berfirman:

"Tidak sepatutnya bagi Mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. at-Taubah: 122)

Kata Din atau agama dalam ayat ini berarti kumpulan undang-undang ilahi dan peraturan lahiriah dan batiniah Islam. Sementara hanya Islam yang menjadi satu-satunya agama yang diterima oleh Allah Swt. "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam...Dengan arti pasrah kepada Allah.

Tafaqquh fi ad-Din atau belajar agama berarti upaya untuk mengenal lebih dalam tentang agama, akidah dan hukum Islam.

Belajar agama terkadang dilakukan untuk dunia, jabatan, suka belajar, hiburan dan agar tidak tertinggal dari yang lain. Tapi terkadang orang belajar agama dengan niat hanya untuk agama, Allah, surga, menyelamatkan umat dan lain-lain. Tentu saja belajar agama dengan cara yang kedua lebih bernilai karena dapat mengingatkan orang lain dan mengajak mereka kepada Allah. (untuk memberi peringatan kepada kaumnya)

Harus ada dari setiap daerah untuk belajar di pusat-pusat keagamaan sehingga ada di setiap tempat sesuai yang dibutuhkan. Seorang cendekiawan yang tidak berpindah tempat tidak akan pernah menjadi seorang ulama yang sempurna. Mengenai seseorang yang tinggal di rumahnya, Imam bertanya, "Lalu bagaimana ia memperdalam agama?

Fiqih sedemikian pentingnya sehingga ketika Nabi Muhammad Saw akan melepas Imam Ali as ke Yaman, beliau memerintahkannya untuk mengajarkan fiqih kepada masyarakat di sana. "Faqqih Hum fi ad-Din. Nabi Saw kemudian mendoakan Imam Ali as, "Allahumma Faqqih Hu fi ad-Din.Padahal Imam Ali as merupakan yang paling faqih dari masyarakat, setelah Nabi Saw.

Imam Ali as sendiri menasihati anaknya, "Belajarlah agama! Sesungguhnya Fuqaha adalah pewaris para nabi Imam Husein as di malam Asyura memuji Allah dengan ungkapannya, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami sebagai faqih.

Belajar agama dan mengajarkannya kepada masyarakat hukumnya wajib kifa'i dan tujuan dari belajar adalah untuk mengingatkan masyarakat, membuat mereka sadar, membantu mereka keluar dari kelalaian dan mengajak mereka untuk menyikapi segala masalah yang terjadi. Dengan demikian, para pelajar agama membutuhkan dua bentuk hijrah; pertama menuju tempat belajar dan kedua dari sana menuju ke daerah-daerah. Itulah mengapa tetap tinggal di tempat belajar agama tidak diperbolehkan.

Ada yang bertanya dari Imam Shadiq as, "Apa kewajiban masyarakat bila terjadi sesuatu kepada Imam?" Imam Shadiq as kemudian membacakan ayat 122 dari surat at-Taubah dan berkata, "Masyarakat dari daerah dan etnis mana saja harus bergerak untuk mengetahui Imam-nya. http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 26-31

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 26-31

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 26-27

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (26) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (27)

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (15: 26)

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (15: 27)

Pada kesempatan sebelumnya, kita telah membahas ayat-ayat yang menjelaskan berbagai karunia nikmat Allah seperti penciptaan langit, bumi, angin dan hujan. Ayat 26 dan 27 ini secara global membicarakan tentang penciptaan manusia dan jin. Ayat ini menerangkan bahwa manusia berasal dari air dan tanah sedangkan jin berasal dari api.

Berbagai ayat al-Quran menjelaskan bahwa penciptaan manusia terpisah dari hewan dan perkembangan manusia pun berbeda dengan hewan. Allah Swt menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam as secara langsung dari tanah dan memberinya kehidupan. Namun keberlanjutan hidup umat manusia bergantung pada makanan yang bahannya berasal dari tanah. Hal ini disinggung dalam berbagai ayat di antaranya surat al-Kahf ayat 37 yang mengatakan, "Apakah kamu kafir kepada Allah Swt yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna."

Selain manusia, Allah menciptakan makhluk lain bernama jin yang populasinya lebih banyak dari manusia. Hal ini disebutkan dalam berbagai ayat al-Quran, bahkan ada surat khusus dalam al-Quran yang bernama surat Jin.

Dalam terminologi al-Quran, jin adalah makhluk yang terkena taklif (kewajiban) dari Allah Swt dan menjadi lawan bicara kalam ilahi. Sebagaimana manusia, jin juga terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sebagian mereka beriman dan sebagian lainnya kafir. Iblis yang telah menipu Nabi Adam as dan Hawa as, temasuk dari kalangan jin. Iblis berada dalam barisan malaikat, karena beribadah kepada Allah. Namun, iblis menjadi kafir, karena membangkang perintah Allah dan menolak sujud kepada Adam.       

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Nilai dan keutamaan manusia bukan dilihat dari sisi jasmaninya, namun terletak pada ruhnya. Karena jasmani manusia berasal dari tanah hitam yang hina.
2. Seorang mukmin, selain meyakini adanya makhluk yang kasat mata juga meyakini keberadaan alam gaib seperti jin dan malaikat.

Ayat ke 28-29

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (28) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (15: 28)

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (15: 29)

Di ayat ini Allah Swt berfirman kepada malaikat mengenai penciptaan manusia. Masalah ini disebutkan dalam berbagai surat al-Quran. Dari ayat tersebut kita  memahami bahwa Allah menciptakan malaikat sebelum manusia. Berdasarkan ayat tersebut, perintah sujud kepada manusia tidak dilihat dari sisi penciptaan manusia dari tanah, tetapi dari sisi ditiupkannya ruh ilahi kepada manusia.
Jelas kiranya, maksud tiupan ruh ilahi dalam diri manusia bukan pemberian nyawa dan nafas. Karena hewan juga bernyawa dan bernafas. Namun maksudnya Allah menganugerahkan kapasitas dan potensi kepada manusia untuk memperoleh ilmu dan kreativitas. Sujudnya malaikat kepada manusia, bukan sebuah sujud simbolik, tetapi bermakna bahwa malaikat menghormati makluk yang bernama umat manusia, karena malaikat melayani manusia dalam setiap urusannya.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi material dan spiritual atau dimensi jasmani dan ruhani. Dengan demikian, selain memiliki naluriah manusia juga memiliki sisi spiritual.
2. Manusia merupakan manifestasi sebagian dari kesempurnaan dan sifat-sifat ilahi. Allah menganugerahkan kapasitas tersebut dalam diri manusia.

Ayat ke 30-31

فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30) إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (31)

Artinya:
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. (15: 30)

Kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. (15: 31)

Allah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Adam dan mereka pun mematuhinya. Karena pada prinsipnya, malaikat adalah akal murni dan pengingkaran tidak bermakna bagi mereka. Sebagaimana dijelaskan di ayat lainnya, dalam keadaaan apapun malaikat tidak pernah menentang perintah Allah. Namun iblis yang dikatakan al-Quran dari golongan jin menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena menganggap dirinya lebih baik. Padahal, seharusnya Iblis menjalankan perintah Allah bersujud kepada Adam, bukan membandingkan penciptaan dirinya dengan penciptaan Adam.  

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Orang yang enggan berada dalam barisan orang-orang yang menunaikan shalat dan sujud bersama mereka, memiliki karakter setan.
2. Seorang mukmin tidak mencari-cari alasan dan dalih ketika mendapat perintah ilahi, sehingga tidak membangkang jika tidak mengetahui alasan perintah itu.http://ajian-pelet.blogspot.com

Tafsir Ilmu Al-Quran Surat Al-Hijr Ayat 32-38

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Hijr Ayat 32-38

http://ajian-pelet.blogspot.com/Ayat ke 32-33

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (32) قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (33)

Artinya:
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" (15: 32)

Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (15: 33)

Sebelumnya, kita telah membahas kisah penciptaan Adam as dan perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya. Namun Iblis yang juga mendapat perintah itu menolak bersujud. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menanyakan kepada Iblis tentang penyebab keengganannya bersujud kepada Adam. Dalam jawabannya, Iblis mengatakan dengan nada mencibir bahwa ia lebih mulia dari manusia yang diciptakan dari tanah dan lumpur. Ia berkata, "Tuhanku! Aku tidak sudi bersujud kepada makhluk yang Engkau ciptakan dari tanah yang hina."

Iblis lupa bahwa ia berhadapan dengan perintah dari Allah, bukan perintah dari Adam untuk bersujud kepadanya. Jika perintah itu datangnya dari Adam mungkin saja Iblis punya hak untuk mengelak dari perintah itu, atau mengatakan bahwa dia diciptakan lebih dahulu daripada Adam sehingga lebih keutamaan di atasnya. Tetapi ketika Allah yang memerintahkan, maka tak ada alasan baginya untuk melaksanakan perintah itu, meski perintah tersebut berkaitan dengan penciptaan sebuah batu yang tak bernyawa.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Keangkuhan adalah sifat yang sangat berbahaya. Keangkuhan itulah yang dapat menjerumuskan siapapun juga bahkan mereka yang telah sampai ke derajat para malaikat sehingga ingkar dan menentang perintah Allah Swt.
2. Keutamaan yang diukur dari sisi penciptaan dan ras adalah pemikiran gaya Iblis. Semuanya di hadapan Allah sama kecuali mereka yang dianugerahi kemuliaan oleh Allah.

Ayat ke 34-35

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (34) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (35)

Artinya:
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. (15: 34)

Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". (15: 35)

Setelah Iblis mengakui keingkarannya kepada perintah Allah dan tidak mampu mengutarakan alasan logis pengingkaran ini, akhirnya Allah mengusir Iblis dari kedudukan sebelumnya, dan berfirman, "Engkau tidak akan memperoleh rahmatKu hingga hari kiamat nanti."

Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat, Iblis yang berasal dari bangsa Jin, berada pada barisan para Malaikat, hal ini karena banyaknya ibadah yang ia lakukan. Oleh karena itu, ketika Allah mengeluarkan perintah bersujud kepada Nabi Adam as, pada saat itu Iblis juga berada pada barisan para Malaikat dan termasuk mereka yang diperintah untuk bersujud. Tetapi setelah Iblis membangkang, ia diusir dari kedudukannya dan mendapatkan laknat dari Allah.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Sikap takabbur dan sombong selain tidak memberikan kemuliaan dan keagungan kepada manusia, justru menjatuhkan derajatnya. Iblis mendapatkan laknat dari Allah karena keangkuhannya.
2. Terkadang satu sikap membangkang, menghapus seluruh amal ibadah.

Ayat ke 36-38

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38)

Artinya:
Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. (15: 36)

Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. (15: 37)

Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (15: 38)

Ketika Iblis mengetahui dirinya dilaknat hingga Hari Kiamat, ia meminta penangguhan kepada Allah agar tetap hidup sampai hari dimana umat manusia dibangkitkan. Karena sunnah Ilahi adalah memberi kesempatan dan waktu sesuai mashalat. Allah memberi waktu kepada Iblis, tetapi tidak sampai hari kiamat, melainkan hingga waktu yang telah ditentukan oleh Allah. Hal menarik, setan daripada harus meminta maaf dan bertaubat atas kesalahannya, ia meminta waktu kepada Allah dan seraya mengakui ketuhanan Allah, Iblis berkata, "Ya Allah berilah penangguhan kepadaku," tanpa menjelaskan alasan meminta penangguhan. Akhirnya, Allah juga mengabulkan permintaan Iblis dan memberi penangguhan kepadanya.

Dari ketiga ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Ketika Allah mengabulkan permintaan dan memberi penangguhan kepada setan yang tidak lain adalah musuh terbesar-Nya, maka kita sebagai manusia tidak seharusnya berputus asa dari rahmat Allah.
2. Tujuan setan adalah untuk menyesatkan umat manusia. Oleh sebab itu, kita harus bersikap hati-hati dan bekal takwa, menjaga diri kita dari godaan-godaan setan. http://ajian-pelet.blogspot.com

Persahabatan Sesuai Syariat Islam

Persahabatan dalam Islam; Pengantar

http://ajian-pelet.blogspot.com/Kasih sayang senantiasa menarik manusia ke arahnya dan mempengaruhi pemikiran dan perasaan manusia. Itulah mengapa persahabatan dan pertemanan memiliki pengaruh luar biasa terhadap pembentukan kepribadian dan pemikiran manusia, bahkan betapa banyak masa depan seseorang ditentukan oleh sahabat. Hubungan pertemanan dan mencari teman merupakan satu kebutuhan mendasar manusia untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Manusia membutuhkan kehidupan bermasyarakat. Karena manusia seorang diri tidak mampu menyelesaikan seluruh masalah dan memenuhi seluruh kebutuhannya. Sangat penting bagi manusia untuk menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain. Selain itu, indahnya kehidupan di dunia dibangun dengan kasih sayang kepada sesama. Sesuai dengan riwayat dari Ahlul Bait as, suatu hari Nabi Dawud as ingin mengetahui seberapa jauh anaknya Nabi Sulaiman as telah meraih hikmah dan bertanya tentang masalah ini kepadanya.

Nabi Sulaiman as menjawab, "Kasih sayang merupakan ruh ilahi pada hamba-hamba-Nya."

Agama Islam yang seisinya berupa rahmat sangat memperhatikan masalah kasih sayang dan dalam riwayat-riwayat Ahlul Bait ada ungkapan khusus tentangnya. Sekaitan dengan kondisi Imam Baqir as disebutkan bahwa beliau ketika di Mina dan bertemu dengan seorang sahabatnya yang kakinya sakit dan seakan-akan sulit untuk digerakkan lagi. Beliau menangis menyaksikan keadaan sahabatnya itu dan bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi dengan kakimu?" Sahabatnya menjawab, "Saya datang dengan sebuah unta yang masih muda, sehingga membuat perjalananku bermasalah. Akhirnya saya terpaksa melewati jalur ke Mekah ini dengan berjalan kaki."

Imam Baqir as tampak sedih mendengar kisahnya. Tapi sesaat kemudian orang itu melanjutkan kisahnya, "Saya telah melakukan banyak dosa dan beranggapan pasti binasa. Tapi saya ingat betapa sangat mencintai Anda, cinta ini memberikan harapan dapat selamat dari kondisi ini dan harapan inilah yang menyelamatkan saya." Imam as dengan segera menyela ucapannya, "Bukankah agama itu adalah cinta?"

Ungkapan Imam Baqir as itu menunjukkan betapa manusia untuk meraih tujuan spiritual yang tinggi membutuhkan motivasi yang kuat seperti cinta, sehingga tanpa cinta ilahi banyak manusia beragama yang tidak mampu menanggung beban yang berat dalam kehidupannya. Cinta ilahi akan mempermudah segala kesulitan bagi orang beragama. Dari sini, satu dari elemen utama yang mampu membawa manusia kepada kesempurnaan adalah cinta. Bahkan pada dasarnya agama Islam ini dibangun untuk menjalani jalan persahabatan dengan Allah.

Imam Ali as berkata, "Kemudian, sesungguhnya Islam adalah agama Allah yang dipilih-Nya... dan menegakkan pilar-pilarnya di atas kecintaan kepada-Nya.

Meraih cinta ilahi ini ternyata juga membutuhkan penggerak yang kuat. Di sini, cinta kepada wali Allah dan Ahlul Bait Nabi Saw merupakan faktor paling kuat untuk meraih pertemanan dengan Allah dan sampai kepada seluruh kesempurnaan manusia. Cinta kepada mereka menjadi sarana untuk manusia dapat lebih memahami berhubungan dengan Allah. Artinya, mereka adalah manifestasi sifat Jamal dan Jalal Allah. Itulah mengapa Imam Hadi as dalam sebuah penggalan Ziarah Jami'ah mengatakan, "Barangsiapa yang menginginkan Allah, maka Allah akan memulainya dari kalian sendiri. Barangsiapa yang mengesakan-Nya, maka Dia akan menerima tauhidnya. Barangsiapa yang mencari Allah, maka Dia akan memperhatikanmu."

Dengan demikian, beragama tanpa cinta kepada Allah, Nabi, Ahlul Bait Nabi dan wali Allah akan menjadi sangat sulit dan pada hakikatnya seperti orang yang ingin membangun rumah tanpa fondasi dan tiang. Bangunan seperti ini akan segera runtuh dengan sedikit tiupan angin.

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan kasih sayang yang benar dan kami akan membahas cara mendapatkan teman dan tata krama berteman dalam Islam. Harapan kami dengan menjelaskan ajaran Islam tentang persahabatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, kami berharap dapat meningkatkan budaya penyebaran kasih sayang di tengah-tengah masyarakat. http://ajian-pelet.blogspot.com

Kisah Nabi Yusuf As

Nabi Yusuf dan Kisah Terbaik dalam Al-Quran

Nabi Yusuf as memiliki kehidupan yang penuh liku-liku. Terkait kisah kehidupannya, al-Quran menyebutnya sebagai "Ahsan al-Qashash" yakni kisah-kisah yang terbaik.
Yusuf as pada masa kecil dimasukkan ke dalam sumur karena hasut dan kebencian saudara-saudaranya. Tapi ia selamat karena pertolongan Allah. Kemudian ia tinggal di dalam istana gubernur Mesir sebagai budak. Istri gubernur Mesir jatuh cinta kepada Yusuf dan menyiapkan segala jebakan dan sarana dosa bagi Yusuf. Namun dengan kekuatan iman Yusuf menjauhinya. Atas tuduhan kesucian dan menjaga kesucian, Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Karena kesabarannya, Allah menjadikan penjara sebagai tangga kesuksesannya dan dari situlah Yusuf menjadi pemimpin Mesir. Kisah detilnya demikian:

Zulaikha duduk menyendiri. Ia berpikir bagaimana caranya menyampaikan rahasia cintanya. Zulaikha mengkhawatirkan Yusuf. Karena Yusuf adalah pemuda yang benar-benar suci dan beriman. Yusuf benar-benar jujur dan beramanat dalam menjalankan pengabdiannya. Zulaikha tahu bahwa menjebak manusia-manusia beriman ke dalam nafsu setan benar-benar pekerjaan yang berat dan sulit. Melihat kondisi ini, setiap hari Zulaikha mencari trik untuk mendekatkan Yusuf kepada dirinya.

Hari itu gubernur Mesir tidak ada di rumah. Dengan sebuah alasan, Zulaikha meminta Yusuf untuk menemuinya dan pada saat itu pula pintu ditutup. Yusuf yang masih muda keheranan dan berkata, "Aku berlindung kepada Allah. Dia-lah yang mengasuh aku dan Dia-lah yang memberikan aku kedudukan yang baik."

Tahukah kamu, orang yang zalim tidak akan bahagia. Kemudian Yusuf segera menuju ke arah pintu.

Akal dan kepekaan hati Zulaikha sudah dikuasai oleh keinginan hawa nafsunya. Ia segera mengejar Yusuf dan menarik bajunya. Baju Yusuf robek dan pada saat itu pula gubernur Mesir datang.

Zulaikha menjadi pucat pasi dan ketakutan. Tapi segera sadar dan dengan tipu muslihat berkata, "Wahai gubernur Mesir! Yusuf tidak menjaga kehormatan istrimu. Apa balasan orang yang berniat buruk kepada istrimu, selain harus masuk penjara atau mendapatkan siksaan yang pedih." (Yusuf: 25)

Dengan takjub Yusuf berkata, "Tidak demikian! Istri Anda yang memanggil saya dan baju saya sebagai saksi kebenaran ucapan saya."

Dengan penuh rasa tidak percaya gubernur Mesir memandang keduanya. Ia mengenal Yusuf dengan baik dan tidak bisa mempercayai apa yang diklaim istrinya. Wajah gubernur Mesir memerah. Orang yang menjadi saksi kejadian itu berkata, "Dengan sedikit berpikir, bisa memahami hakikat. Bila baju Yusuf robek pada bagian depan, maka Yusuf adalah orang yang berdosa. Tapi bila baju Yusuf robek pada bagian belakang, maka istri Anda yang berbohong."

Gubernur Mesir mengetahui pengkhianatan istrinya. Karena dia mencintai istrinya, gubernur Mesir meminta istrinya agar bertaubat dan meminta Yusuf agar tidak menceritakan kejadian ini kepada orang lain. Namun kecintaan Zulaikha kepada Yusuf sedikit demi sedikit menyebar di kalangan wanita bangsawan Mesir. Semuanya mencaci Zulaikha dan menganggapnya benar-benar sedang berada dalam kesesatan. Karena Zulaikha sudah merasa terhina di depan mata Yusuf, ia menyiapkan sarana untuk memenjarakan Yusuf agar merasakan kesengsaraan. Pada saat itu Yusuf mengangkat tangannya dan berdoa:

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (Yusuf: 33)

Allah mengabulkan doa Yusuf yang disampaikan dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ia bertahun-tahun berada di dalam penjara. Tapi akhirnya terbukti tidak berdosa dan semuanya tahu akan kesucian dan kelayakannya. Dan Yusuf kembali lagi mendapatkan posisi mulia di sisi gubernur Mesir.
Poin penting dan indah dari kisah yang dinukil dari surat Yusuf ini adalah ucapan Yusuf yang menilai bahwa hanya tawakal kepada Allah dan pertolongan-Nya yang menjadikan manusia lepas dari godaan hawa nafsu, seraya berkata:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf: 53)http://ajian-pelet.blogspot.com